Mata Kuliah : Perilaku Keorganisasian
Kelas : FAP
Sks : 3
NPM : 1211210010
Rabu, 12 september 2010
Ruang kuliah 210
Perkuliahan ini dimulai tepat pukul 10:45 WIB, saat itu ketika saya dan teman-teman telah duduk untuk mendengarkan kuliah, dosen meminta agar setiap kami berdoa menurut kepercayaan masing-masing agar perkuliahan yang akan diterima berjalan dengan baik dan bermanfaat. Ini adalah pengalaman kedua saya di semester 3, bahwa dosen mengajak siswanya untuk berdoa sebelum memulai perkuliahan. Usai berdoa dosen yang berkulit putih itu memperkenaljan dirinya. Nama panggilan dosen Pa Seta, sudah berkeluarga dan memiliki seorang anak. Selain berprofesi sebagai dosen, beliau juga seorang wirausaha. Usai memperkenalkan diri, beliau memberikan kami tugas untuk membuat blog, yang mana blog ini digunakan untuk mereview setiap pertemuan perkuliahan dan membantu kami agar terbiasa menulis, yang nantinya akan berguna saat kami membuat skripsi. Setelah itu, kami ditugaskan untuk membuat makala dan power point dari materi bab 1 sampai bab3 dan di kirim ke email beliau. Tugas ini kami buat bersama secara berkelompok, ada yang berempat dan ada yang bertiga. Setiap kami diminta untuk ambil bagian secara aktif dalam kelompok untuk menyelesaikan tugas tersebut...... Sekian review untuk kuliah pertemuan pertama.... Kesan pertama sangat menyenangkan....
Philomena Agnes Seko
Rabu, 19 September 2012
Perilaku Keorganisasian Tugas 1
I.
ORGANISASI
Organisasi
adalah suatu sistem yang terdiri atas pola aktivitas kerjasama yang dilakukan
secara teratur dan berulang-ulang oleh sekelompok orang untuk mencapai suatu
tujuan ( Indriyo Gitosudarmo ,1997) Dari sini dapat
dikatakan atau ditunjukan bahwa organisasi memiliki unsur-unsur. Unsur-unsur tersebut adalah sebagai berikut:
11) Sistem
Organisasi
memiliki sub-sub system.
22) Pola
Aktivitas
Bahwa
didalamnya ada aktivitas-aktivitas yang dilakukan orang secara relative teratur
dan cenderung berulang.
33) Sekelompok
Orang
Oganisasi
adalah kumpulan orang-orang.
44) Tujuan
Setiap
organisasi didirikan adalah untuk mencapai suatu tujuan.
Lembaga
Pendidikan dan Pembinaan Manajemen mendefinisikan organisasi sebagai kumpulan
orang yang mengadakan pembagian pekerjaan yang dikoordinasikan untuk mencapai
tujuan bersama. Dalam pengertian ini
mengandung unsur-unsur sebagai berikut:
1)
Tujuan yang disepakati oleh
anggota-anggota organisasi. Tujuan ini
menjadi “jiwa” organisasi.
2) Proses yang mengubah masukan/sumber daya
yang dimiliki menjadi keluaran/hasil
sebagaimana diinginkan.
3) Pembagian kerja di antara anggota. Termasuk di sini adalah pembagian tugas dan
wewenang secara horizontal maupun vertical.
4)
Kerjasama dan koordinasi supaya
pembagian pekerjaan menjadi efektif dan efisien.
Sebuah studi
tentang organisasi ( termasuk organisasi misi ) terdiri dari individu, kelompok
individu, struktur dan proses organisasi.
Gibson, Ivancevich, dan Donnelly menggambarkan model organisasi sebagai
berikut:
Perilaku di dalam organisasi:
Individu
Perilaku
dan perbedaan individu
|
Teori
mivasi dan aplikasinya
|
Imbalan,
hukuman, dan disiplin
|
Stress
dan individu
|
Perilaku dalam organisasi: kelompok
dan pengaruh antar pribadi
Perilaku
kelompok
|
Perilaku
antar-kelompok dan penanganan konflik
|
Kekuasaan
dan politik
|
kepemimpinan
|
Struktur organisasi
Desain
organisasi
|
Desain
pekerjaan
|
Proses organisasi
komunikasi
|
Pengambilan
keputusan
|
Evaluasi
prestasi kerja
|
Sosialisasi/karier
|
Semua
komponen dari model organisasi di atas menunjukkan bahwa ssetiap perubahan
variable dapat mempengaruhi perilaku organisasi dan perilaku individu. Setiap perubahan pimpinan, perubahan struktur
dan proses organisasi dan lain-lain pasti mempunyai pengaruh dalam perilaku
organisasi. Sebuah organisasi yang baik
mempunyai visi dan misi yang jelas. Visi
dan misi ini berfungsi sebagai dasar acuan organisasi untuk mencapai
tujuan. Model organisasi di atas
dibangun dengan dasar visi dan misi organisasi.
Organisasi
merupakan wadah atau tempat persekutuan dua orang atau tempat persekutuan dua
atau lebih manusia yang melakukan kerjasama untuk mencapai tujuan. Orang mendirikan organisasi karena, banyak
alas an antara lain karena organisasi dapat melakukan suatu kegiatan yang tidak
mungkin dilakukan seorang diri.
Organisasi sangat penting dalam kehidupan masyarakat, karena dapat
memberikan berbagai keuntungan maupun
dapat memberikan kemudahan dalam pencapaian tujuan secara efektif dan
efisien. Disamping organisasi dipandang
sebagai wadah, organisasi juga dapat dipandang sebagai proses manusia untuk
berinteraksi dan beraksi melakukan berbagai aktifitas masing-masing. Karakteristik penampilan organisasi
ditentukan oleh manusianya sendiri, karena manusia dalam organisasi memiliki
dua karakter utama, yaitu perilaku(behavior) dan gaya(style). Dua karakter manusia ini dalam sebuah
organisasi sangat dipengaruhi oleh kejiwaan(psychology) atau roh manusia.
Setiap
organisasi dalam menghadapi persaingan yang semakin ketat senantiasa berusaha
untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya.
Untuk tidak tergilas dari pesaing organisasi lainnya maupun karena
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, maka peran dua karakter manusia
tersebut diatas sangat menentukan kekuatan suatu organisasi sebagai berikut:
1. Memisahkan
tugas-tugas secara tegas dan jelas setiap anggota organisasi sehingga
pelaksanaannyadapat berhasil guna dan berdaya guna.
2. Memperkenal
standar yang harus dipedomani, baik yang berkaitna dengan metode kerja, maupunkontrol kerja dalam organisasi.
3. Menetapkan
upah atau gaji sebagai rangsangan manusia dalam organisasi secara adil, sebagai
alat pemotivasi untuk berkarya lebih giat lagi.
II. PERILAKU
Perilaku manusia adalah sekumpulan perilaku yang
dimiliki oleh manusia dan dipengaruhi oleh adat, sikap, emosi, nilai, etika, kekuasaan, persuasi, dan/atau genetika. Perilaku seseorang dikelompokkan ke
dalam perilaku wajar, perilaku dapat diterima, perilaku aneh, dan perilaku menyimpang. Dalam sosiologi, perilaku dianggap sebagai sesuatu yang tidak ditujukan kepada orang lain
dan oleh karenanya merupakan suatu tindakan sosial manusia yang sangat mendasar. Perilaku tidak boleh disalahartikan sebagai perilaku sosial, yang merupakan suatu tindakan dengan tingkat lebih tinggi, karena
perilaku sosial adalah perilaku yang secara khusus ditujukan kepada orang lain.
Penerimaan terhadap perilaku
seseorang diukur relatif terhadap norma sosial dan diatur oleh berbagai kontrol sosial. Dalam kedokteran perilaku seseorang dan keluarganya
dipelajari untuk mengidentifikasi faktor penyebab, pencetus atau yang
memperberat timbulnya masalah kesehatan. Intervensi terhadap perilaku
seringkali dilakukan dalam rangka penatalaksanaan yang holistik dan komprehensif.
Perilaku mempunyai
beberapa dimensi:
- fisik, dapat diamati, digambarkan
dan dicatat baik frekuensi, durasi dan intensitasnya.
- ruang, suatu perilaku
mempunyai dampak kepada lingkungan ( fisik maupun
sosial ) dimana perilaku itu terjadi.
- waktu, suatu perilaku
mempunyai kaitan dengan
masa lampau maupun masa yang akan datang
Pengertian
Perilaku Keorganisasian
Menurut pengertian
Gibson dan kawan-kawan, perilaku keorganisasian
adalah bidang studi yang mencakup teori, metode dan prinsip-prinsip dari
berbagai disiplin guna mempelajari persepsi individu, nilai-nilai, dan
tindakan-tindakan saat bekerja dalam kelompok dan dalam organisasi secara
keseluruhan, menganalisa akibat lingkungan eksternal terhadap organisasi
studinya, misi sasaran serta strategi.
Tingkat
Analisis dalam Perilaku Keorganisasian
1) Tingkat
individu, artinya terkait dengan perilaku, nilai saat berineraksi.
2) Tingkat
kelompok, artinya pengaruh terhadap perilaku anggota oleh dinamika anggota
kelompok, norma dan nilai kelompok.
3) Tingkat
organisasi, artinya proses pengambilan keputusan manajemen.
Dalam
menganalisis perilaku individu, kelompok dan organisasi sangat penting
mempertimbangkan factor lingkungan eksternal seperti: ekonomi, politik, sosial
budaya, teknologi globalisasi dan lain-lain.
III. KEBERAGAMAN
Salah satu
tantangan paling penting dan meluas yang kini dihadapi organisasi adalah
menyesuaikan dengan orang yang berbeda.
Istilah yang kita gunakan untuk menggambarkan tantangan ini adalah
keberagaman tenaga kerja. Jika
globalisasi berfokus pada perbedaan-perbedaan antara orang lain dari Negara
berbeda, keberagaman tenaga kerja membahas perbedaan-perbedaan di antara
orang-orang dalam satu Negara.
Keberagaman
tenaga kerja berarti organisasi menjadi lebih heterogen dalam hal jenis
kelamin, ras, dan etnis. Namun istilah
tersebut mencakup setiap orang yang berbeda dari apa yang disebut norma. Di samping kelompok-kelompok yang lebih
menonjol – perempuan, Amerika Afrika, Latin, Amerika Asia- keberagaman tersebut
juga melingkupi kaum cacat fisik, gay dan lesbian, dan manula. Lebih dari itu, keberagaman tenaga kerja telah menjadi isu di
Kanada, Australia, Afrika Selatan, Jepang, dan Eropa sekaligus Amerika Serikat. Para manajer di Kanada dan Australia,
misalnya, harus menyesuaikan diri dengan banyaknya pekerja Asia. Afrika Selatan “baru” semakin diwarnai kulit
hitam yang memegang jabatan teknis dan manajerial penting. Perempuan, lama dikekang dengan pekerjaan
sementara berupah rendah di Jepang, semakin banyak memasuki posisi-posisi
manajerial. Kesepakatan kerjasama
perdagangan Uni Eropa, yang membuka perbatasan-perbatasan di sebagian Eropa
Barat, telah meningkatkan keberagaman tenaga kerja di organisasi-organisasi
yang beroperasi di Negara-negara seperti Jerman, Portugal, Italia, dan Prancis.
Kita terbiasa menggunakan
pendekatan melting-pot terhadap perbedaan-perbedaan dalam organisasi,
menganggap orang yang berbeda pada akhirnya bersedia berasimilasi. Namun kita kini menyadari karyawan tidak
meninggalkan nilai budaya dan pilihan gaya hidup mereka ketika mereka
bekerja. Tantangan untuk organisasi
karena hal tersebut, adalah membuat
mereka sendiri labih akomodatif terhadap kelompok-kelompok orang yang berbeda
dengan mengenali gaya hidup, kebutuhan keluarga, dan gaya kerja berbeda
mereka. Asumsi melting-pot digantikan
oleh asumsi yang mengenali dan memahami perbedaan-perbedaan.
Bukankah
organisasi selalu melibatkan anggota dari kelompok-kelompok berbeda? Ya, namun mereka adalah persentasi kecil dari
tenaga kerja dan sebagian besar diabaikan oleh organisasi-organisasi
besar. Lebih dari itu, minoritas
dianggap akan berusaha membaur dan berasimilasi. Misalnya, sebagian besar tenaga kerja AS
pra-1980-an merupakan pria keturunan Kaukasia yang bekerja penuh untuk
menghidupi istri yang tidak bekerja dan anak-anak berusia sekolah. Kini pekerja semacam itu merupakan minoritas
nyata. Saat ini, 47% tenaga kerja AS
adala perempuan. Minoritas dan imigran
mewakili 23%, dan terjadi peningkatan proporsi pekerja yang tidak menikah,
tanpa anak.
Keberagaman
tenaga kerja mempunyai implikasi penting pada praktik manajemen. Para manajer harus mengubah filosofi mereka
dari memperlakukan setiap orang dengan cara yang sama menjadi mengenali
perbedaan dan menyikapi mereka yang berbeda dengan cara-cara yang menjamin
kesetiaan karyawan dan peningkatan produktivitas sementara, pada saat yang
sama, tidak melakukan diskriminasi.
Perubahan ini antara lain, memberikan pelatihan keberagaman dan
memperbaiki program-program tunjangan untuk mengakomodasi kebutuhan berbeda
karyawan yang berbeda. Perbedaan jika
dikelola secara positif, dapat meningkatkan kreativitas dan inovasi dalam
organisasi sekaligus memperbaiki pengambilan keputusan dengan memberikan sudut
pandang berbeda atas masalah. Ketika
keberagaman tidak ditangani dengan tepat, terdapat potensi peningkatan upah,
peningkatan kesulitan komunikasi, dan peningkatan konflik interpersonal.
Langganan:
Postingan (Atom)